Sabtu, 06 Maret 2010

BEGITU TERGANTUNGKAH KITA DENGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI??

BEGITU TERGANTUNGKAH KITA DENGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI??

(sebuah renungan penulis melihat perkembangan teknologi komunikasi saat ini)

I Made Widiantara, S.Psi.,M.Si




Kemajuan teknologi yang pesat saat ini membawa perubahan yang sangat drastis pada tatanan kehidupan masyarakat. Semakin mudahnya akses informasi melalui media yang tanpa batas, seperti: media cetak, elektronik dan internet membuat masyarakat semakin cerdas dan mampu memilih mana informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Terlepas dari itu, ternyata ketergantungan masyarakat akan teknologi media komunikasi sangat tinggi, coba anda bayangkan bisakah kita semenit saja jauh dari yang namanya ponsel?? Kalau jawabannya tidak berarti anda adalah salah satu manusia modern yang disebut masyarakat informasi. Fenomena ketergantungan ini, mengutip pendapat Marshall Mcluhan, dalam bukunya “Understanding of Media: The Extensions of Man“ (1964), bahwa media kini telah ikut mempengaruhi perubahan bentuk masyarakat. Media dianggap bentuk perluasan kapasitas fisik dan psikis manusia. Media massa tidak hanya memenuhi kebutuhan informasi atau hiburan, tetapi juga fantasi dan ilusi yang belum terpenuhi lewat saluran komunikasi tradisional. Apapun motifnya, media massa merupakan keniscayaan masyarakat modern.

Nah... kalau sudah begini, ada pertanyaan lain yang dilihat dari sudut kemanusiaan yang telah merubah kondisi psikologis masyarakat, yaitu semakin rendahnya ekspresi humanistik seperti rendahnya kualitas hubungan antar manusia, dimana terjadi penurunan kontak fisik, eye contact dan mimik wajah ketika seseorang berhadapan dengan orang lain. Apa efeknya, hubungan menjadi kurang hangat, karena banyak waktu dihabiskan untuk bergumul dengan teknologi media komunikasi. Sebuah cerita menyertai dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai contoh dalam keadaan belajar di dalam kelas, seringkali saya amati beberapa mahasiswa malah asyik memainkan ponselnya ketimbang mendengarkan dosennya menyampaikan materi kuliah (terlepas dari gaya dosen yang tidak menarik). Apakah anda salah satunya atau pernah mengalaminya??


Terdapat fakta lain terkait ketergantungan kita pada yang namanya media komunikasi, bahwa ada sebagian masyarakat sekarang ini yang malah tidak memperdulikan keselamatannya karena ketergantungan teknologi media komunikasi, seperti sering saya amati di jalanan seseorang mengendarai sepeda motor sambil menelepon, atau bahkan sambil mengetik sms... apa tidak takut jatuh ya!! Sebegitu pentingkah sebuah perjalanan atau hubungan komunikasi melalui ponsel tersebut, sehingga orang tersebut tidak mau berhenti sejenak untuk mengobrol di telepon atau mengetik sms, daripada mengambil resiko melakukan percakapan melalui ponsel sambil berkendara...!? sungguh kegiatan yang bisa berakibat fatal yaitu kecelakaan, jangan anda bayangkan kecelakaannya tapi mari ikut mengantisipasinya.

Masih menyangkut ketergantungan masyarakat pada media komunikasi ada sebuah teori komunikasi yang mengetengahkan tentang betapa masyarakat saat ini sudah menjadi sangat terikat dengan media komunikasi; seperti televisi, sehingga hampir seluruh aktivitas kegiatannya sehari-hari dipengaruhi oleh apa yang ditayangkan televisi. Teori kultivasi (cultivation theory), menjelaskan efek media televisi terhadap penontonnya. Teori kultivasi ini di awal perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan audience, khususnya pada tema-tema kekerasan di televisi. Tetapi dalam perkembangannya, ia juga bisa digunakan untuk kajian di luar tema kekerasan. Misalnya, seorang mahasiswa Amerika di sebuah universitas pernah mengadakan pengamatan tentang para pecandu opera sabun (heavy soap opera). Mereka, lebih memungkinkan melakukan affairs (menyeleweng), bercerai dan menggugurkan kandungan dari pada mereka yang bukan termasuk kecanduan opera sabun (Dominick, 1990).


Sebuah pengalaman, saya pernah mendapatkan keluhan tetangga saya di kampung yang menceritakan tentang perilaku anaknya yang suka berkelahi dengan teman-temannya menirukan gaya berkelahi tokoh-tokoh idola yang ada dalam film yang ditontonnya. Tidak terbayangkan jika si anak tersebut juga menggunakan senjata beneran seperti apa yang ditontonnya dala film, bagaimana akibatnya.. tentu kita semua tidak mau membayangkannya terjadi.

Teori ini sangat relevan kalau kita mendiskusikan efek media televisi terhadap penontonnya. Gerbner bersama beberapa rekannya kemudian melanjutkan penelitian media massa tersebut dengan memfokuskan pada dampak media massa dalam kehidupan sehari-hari melalui Cultivation Analysis. Dari analisis tersebut diperoleh berbagai temuan yang menarik dan orisional yang kemudian banyak mengubah keyakinan orang tentang relasi antara televisi dan khalayaknya berikut berbagai efek yang menyertainya. Karena konteks penelitian ini dilakukan dalam kaitan merebaknya acara kekerasan di televisi dan meningkatnya angka kejahatan di masyarakat, maka temuan penelitian ini lebih terkait efek kekerasan di media televisi terhadap persepsi khalayaknya tentang dunia tempat mereka tinggal. Salah satu temuan terpenting adalah bahwa penonton televisi dalam kategori berat (heavy viewers) mengembangkan keyakinan yang berlebihan tentang dunia sebagai tempat yang berbahaya dan menakutkan. Sementara kekerasan yang mereka saksikan ditelevisi menanamkan ketakutan sosial (sosial paranoia) yang membangkitkan pandangan bahwa lingkungan mereka tidak aman dan tidak ada orang yang dapat dipercaya. Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai tersebut antar anggota masyarakat, kemudian mengiktannya bersama-sama pula. Media mempengaruhi penonton dan masing-masing penonton itu menyakininya. Jadi, para pecandu televisi itu akan punya kecenderungan sikap yang sama satu sama lain.


Satu pesan kepada masyarakat informasi adalah bagaimana agar selalu bijak dalam menyikapi dan memanfaatkan teknologi media komunikasi. Perlunya filter diri yang kuat terhadap diri sendiri dan keluarga agar segala pengaruh buruk efek teknologi tersebut tidak malah membuat hidup kita menjadi tidak nikmat dan tidak menyenangkan. Salah satu caranya mungkin dengan meyakini dan menanamkan kepada anak cucu sebagai generasi penerus kita, bahwa secanggih-canggihnya teknologi komunikasi tetaplah kita pandang sebagai sebuah alat... ya hanya alat yang dibuat untuk mempermudah kehidupan kita semua, bukan malah menjadikannya alat perusak kehidupan. (tulisan ini sebagai renungan penulis melihat perkembangan teknologi komunikasi saat ini).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar